Monday, November 21, 2011

sepenggal sajak sembarang dari penghuni payungbiru no. 2 rektorat UGM

kau itu Gunung tak berawan

Kalo dilihat dari jarak seribu satu meter
Indah itu sangat jelas dan tampak
Liku dan anggunnya diri itu tergambar jelas dalam indra mata visualku
Kunikmati itu dari kejauhan dan kagumku makin dalam berhiaskan perasaan ingin segera kesana

Lengkap sudah ini semua dan niatku kuubah menjadi tindakan
Penasaran akan apa yang aku temukan
Temukan ini dan itu yang berbeda dengan angan angan
Bahkan menyakitkan tapi ada pula yang menantang untuk terus aku lalui

Ya!!
Jalan ke puncak semakin berat
Tapi puncak itu ada dan kelihatan jelas dalam bayanganku
Entah apa yang kubayangkan yang pasti indah
Tapi itu pasti tidak senyata yang tentang fakta yang ada di atas sana
Ya!!
Dan jalan ke puncak semakin dekat
Terkadang ingin pulang dan kutunjukkan bahwa aku menyerah
Masa??
Masa aku menyerah dengan petualang lain
Masa aku menyerah dengan garis ke tempatmu
Aku hanya ingin tahu dan aku tidak mau tahu bagaimana di atas sana
Aku hanya ingin tahu bahwa kau gunung tak berawan yang sudah kudaki dan sudah kulalui
Dan kau akan terus menjadi gunung dengan petualang lain digaris mu
READ MORE - sepenggal sajak sembarang dari penghuni payungbiru no. 2 rektorat UGM

Wednesday, November 2, 2011

Kearifan lokal masyarakat “kebijakan yang sudah lama ditinggalkan dan diacuhkan”

Manusia modern sekarang telah tercipta dengan lebih berpikir realistis dan logis. Perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat mendominasi bahkan memasuki babak baru peradaban manusia menyebabkan beberapa hal lampau yang bersifat tradisionalistik dan kuno dianggap tabu bahkan dicemooh. Segala hal yang berusaha dikuak secara sains dan teknologi dan bahkan diselesaikan harus dengan kebijakan yang logis.
Tak bisa dipungkiri memang seharusnya dan sepantasnya berjalan seperti demikian. Namun ada satu hal yang dilupakan oleh masyarakat. Hal yang sebenarnya lahir secara utuh dari dalam diri masyarakat itu sendiri . Berabad abad masyarkat Indonesia telah tumbuh dan hidup jauh di wilayah yang secara fisiografi merupakab wilayah yang penuh dengan bencana . Berabad abad pula masyarakat Indonesia setidaknya telah berhasil melalui dan bahkan memperbaharui kehidupannya secara lebih maju. Satu hal yang dijunjung tinggi oleh mereka bukanlah masalah teknologi tetapi adalah kearifan lokal.

Kearifan lokal merupakan kesimpulan sosial yang lahir berdasarkan pemahaman masyarakat secara bersama dalam menghadapi dan mengatasi hal hal di sekitar mereka. Kearifan lokal digali dan ditentukan sendiri dari dalam diri masyarakat itu. Seperti pancasila yang lahir dari masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal merupaka n salah satu senjata masyarakat untuk hidup secara berkesinambungan dan selaras baik antar masyarakat maupun dengan alam sekitar mereka.
Hal yang memprihatinkan saat ini adalah bentuk bentuk kebijakan selalu tidak match dengan betuk bentuk kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat itu. Penggunaan teknologi dan modernisasi yang dipaksaakan untuk memecahkan problema dalam masyarakat terutama dalam masyarakat yang masih hidup secara tradisional . Akibatnya permasalahan bukannya menjadi terselesaikan namun malah bertambah dan menghasilkan masalah baru.
Contoh kasus saja . Dalam sebuah desa yang masyarakatnya mendapatkan air sehari hari dengan pergi mata air dan mengambil dengan tempat tempat tertentu sesuai kebutuhan biasanya pada pagi hari dan sore hari . Lalu pemerintah membuat pipa pipa penyalur ke rumah rumah penduduk agar penduduk lebih mudah megakses air . Pada awalnya kebijakan tersebut sangat bermanfaat. Namun ketahuanlah dampak negatifnya yang ternyata kebih besar. Masyarakat tidak lagi memakai air sesuai kebutuhan dan seenaknya karena aksesibilitasnya yang lancar (tidak capek2 ambil air lagi bila mau digunakan). Selain itu rumah yang letaknya lebih dekat dengan mata air mendapatkan akses air lebih besar dan cepat. Maka timbul ketidakadilan dan ketidakseimbangan alam. Dan pada akhirnya kebijakan tersebut lebih banyak mudaratnya daripada faedahnya.
Contoh kasus lainnya adalah mbah marijan sebagai juru kunci merapi. Kearifan lokal masyarakat percaya terhadap mbah maridjan untuk mengetahui batas dan tanda tanda aktifitas merapi. Namun ketika merapi meletus, pemerintah selalu memaksakan ilmu pengetahuan dan teknologi mereka dalam memperingatkan letusan merapi. Namun tidaklah mungkin menjelaskan tanda tanda letusan dengan kata kata “gempa tremor,guguran lava, terbentuk kubah lava dll “. Seharusnya untuk memperingatkan masyarakat harus dengan me”match”kan sesuai kebiasaan masyarakat. Peran mbah maridjan sendiri harusnya diperkuat dan lebih difasilitasi pemerintah dalam memperingatkan letusan merapi ini.
Kebijakan dan penerapan teknologi sudah seharusnya disinergikan dengan bentuk bentuk kearifan lokal . Bahkan teknologi dan kebijakan itu sendiri harus digali dan diapatkan dari kearifan itu sendiri. Artinya secara hierarki kearifan lokal harus selalu berada di atas. Jangalah menganggap rendah hal hal yang bersifat tradisional dan bahkan terkadang tidak terlalu logis karena sebenarnya ilmu pengetahuan kita masih sangat terbatas untuk menjelaskan berbagai fenomena di masyarakat. Kearifan lokal merupakan senjata utama jika hidup mau berlanjut dan tetap berkesinambungan.
READ MORE - Kearifan lokal masyarakat “kebijakan yang sudah lama ditinggalkan dan diacuhkan”