Thursday, May 3, 2012

Gereja kota yang" terkunci"

Semalam ketika aku pualng dari suatu tempat aku melewati suatu gereja yang tidak usah disebutkan. Gereja itu sangat megah,indah dan gagah.Dan aku mengenali bahwa jemaat di gereja itu sangat banyak bahkan apabila sedang beribadah pasti melewati kapasitas. Namun ada hal yang membuat aku sedikit miris. Tepat di depan Gereja tersebut tertidur seseorang yang tampaknya adalah tunawisma. Dengan meringkuk tanda menahan kedinginan beralaskan kardus dan memakai sarung dia tampaknya tertidur pulas. Miris!! begitu pikiranku. Di depan Gereja yang berdiri megah masih ada seorang yang harus tidur tidak layak. Miris melihat gagahnya Gereja sebanding dengan gagahnya gerbang dan pagar yang berdiri kokoh bak benteng yang tidak meloloskan seorangpun untuk masuk kedalamnya. Miris melihat gerbang yang rapi terkunci seakan menolak siapapun untuk masuk disaat bukan jadwal yang sudah ditentukan. Gereja yang terkunci. Terkunci disaat beberapa orang mungkin membutuhkannya. Aku berpikir kenapa Gereja tak senyaman tempat ibadah yang lain . Setiap orang bebas berinteraksi di dalamnya. 24 jam tak pernah tutup dan tidak ada batas batas perbedaan di dalamnya. Menjelma menjadi tempat bagi mereka yang membutuhkan. Kenapa Gereja harus terkunci dan tidak terbuka akan hal di sekelilingnya. Kenapa Gereja harus tersekat dalam ruang yang menjelma menjadi ajan kemewahan. Gereja di desa berbeda jauh dengan di kota. Di desa, Gereja sangat berperan sebagai subjek yang sentralistis. Tempat irang mengadu dan berpadu. Tempat semuanya bernaung dan bahkan semua orang di desa merasa memilikinya. Jam 6 pagi lonceng berbunyi dan semua orang berangkat untuk berkarya. Jam 6 sore lonceng kembali berbunyi dan semua orang pulang membawa manfaat. Gereja hadir sebagai suatu perwujudan kepingan sorga di bumi. Gereja di kota bukan rahasia telah menjadi berbeda. Gereja harus punya lahan parkir yang memamakan banyak jalan. Gereja dihiasi oleh mereka2 yang berpakaian mode (bukan rapi).Inikah kepingan sorga itu? Gereja harus berubah. Berubah dari jemaatnya. Berubah dari diri sendiri. Tidak ada gunanya mengexclusivekan diri. Buka gerbang Gereja, buka hati dan tatap di sekitar bahwa semua membutuhkan dan memiliki kepingan surga ini.
READ MORE - Gereja kota yang" terkunci"